Pulau Bali, terkenal dengan keindahan alam dan kekayaan budayanya, juga menyimpan jejak sejarah dari peradaban. Salah satu bukti nyata yaitu adanya keberadaan klenteng yang menjadi saksi bisu akulturasi budaya Tionghoa di Bali. Di antara beberapa klenteng yang ada, Caow Eng Bio berdiri sebagai klenteng tertua di Bali, menyimpan kisah panjang yang mengakar dalam sejarah Tanjung Benoa.
Sejarah Singkat Caow Eng Bio
Caow Eng Bio, dibangun pada abad ke-16, menjadi bukti nyata kehadiran komunitas Tionghoa di Bali sejak masa lampau. Klenteng ini didirikan sekitar tahun 1548, menjadikannya klenteng tertua no. 5 di Indonesia. Awalnya, Caow Eng Bio berfungsi sebagai tempat ibadah bagi para pelaut Tionghoa yang singgah di Tanjung Benoa. Mereka mempersembahkan doa dan persembahan kepada Dewi Shui Wei, dewi pelindung laut, serta 108 Bersaudara dari Hainan, yang dipercaya sebagai pelindung para perantau.
Perlu diketahui, kalau klenteng ini menjadi satu-satunya di Indonesia terdapat Dewi Laut atau Shui Wei Sheng Niang di mana patung sejenis hanya ada di empat negara lainnya di dunia, yaitu Singapura, Malaysia, Thailand, dan tentu saja Tiongkok. (1)
Seiring berjalannya waktu, tempat ini berkembang menjadi pusat kegiatan sosial dan budaya bagi komunitas Tionghoa di Bali.
Arsitektur Perpaduan Tionghoa dan Bali
Keunikan Caow Eng Bio tidak hanya terletak pada sejarahnya yang panjang, tetapi juga pada arsitekturnya lho. Bangunan klenteng ini memadukan gaya arsitektur tradisional Tionghoa dengan sentuhan lokal Bali. Warna merah menyala mendominasi bangunan klenteng, melambangkan keberuntungan dan kebahagiaan dalam budaya Tionghoa. Ukiran naga yang detail menghiasi atap dan dinding klenteng, melambangkan kekuatan dan kemakmuran. Sementara itu, ornamen khas Bali seperti patung dewa dan motif bunga kamboja turut memperkaya keindahan arsitektur Caow Eng Bio.
Tata letak bangunan klenteng tertua di Bali ini mengikuti pola tradisional Tionghoa. Terdapat tiga bagian utama, yaitu halaman depan, ruang sembahyang utama, dan ruang belakang. Halaman depan berfungsi sebagai tempat berkumpul dan mengadakan acara keagamaan. Ruang sembahyang utama merupakan tempat suci untuk berdoa dan mempersembahkan sesaji kepada dewa-dewi. Sedangkan ruang belakang digunakan untuk menyimpan peralatan upacara.
Kegiatan di Klenteng Tertua di Bali
Caow Eng Bio tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan keagamaan dan budaya bagi masyarakat Tionghoa di Bali. Berbagai ritual sembahyang dan perayaan hari besar agama Tionghoa rutin diadakan di sini. Salah satu perayaan yang paling meriah adalah Tahun Baru Imlek. Pada saat itu, klenteng tertua di Bali ini dipenuhi dengan umat yang datang untuk berdoa, membakar dupa, dan mempersembahkan sesaji kepada dewa-dewi. Selain itu, pertunjukan barongsai dan liong juga menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Imlek di Caow Eng Bio.
Selain kegiatan keagamaan, Caow Eng Bio juga menjadi tempat untuk melestarikan budaya Tionghoa di Bali. Berbagai kegiatan budaya seperti pertunjukan musik tradisional, pameran seni, dan lokakarya bahasa Mandarin rutin diadakan di klenteng ini. Melalui kegiatan-kegiatan tersebut, generasi muda Tionghoa di Bali dapat belajar dan menghargai warisan budaya leluhur mereka.
Destinasi Wisata Budaya
Keunikan sejarah, arsitektur, dan kegiatan budaya yang ada di Caow Eng Bio menjadikannya sebagai salah satu destinasi wisata budaya yang menarik di Bali. Wisatawan dari berbagai penjuru dunia datang untuk mengagumi keindahan klenteng tertua di Bali ini, mempelajari sejarahnya, dan merasakan atmosfer spiritual yang kental.
Bagi para pengunjung, Caow Eng Bio menawarkan pengalaman wisata yang berbeda dari objek wisata lainnya di Bali. Di sini, mereka dapat menyaksikan langsung ritual sembahyang umat Tionghoa, mengagumi keindahan arsitektur klenteng, dan belajar tentang budaya Tionghoa yang telah berakulturasi dengan budaya Bali.
Melestarikan Warisan Budaya
Sebagai klenteng tertua di Bali, Caow Eng Bio memiliki nilai historis dan budaya yang tinggi. Oleh karena itu, pelestarian klenteng ini menjadi sangat penting. Upaya pelestarian dilakukan tidak hanya oleh pengurus klenteng, tetapi juga oleh pemerintah dan masyarakat setempat.
Renovasi dan perbaikan secara berkala dilakukan untuk menjaga kondisi bangunan klenteng agar tetap kokoh dan indah. Selain itu, berbagai program edukasi dan kegiatan budaya juga diadakan untuk memperkenalkan Caow Eng Bio kepada generasi muda dan masyarakat luas.
Penutup
Caow Eng Bio adalah lebih dari sekadar bangunan fisik. Klenteng ini adalah saksi bisu sejarah panjang peradaban Tionghoa di Bali khususnya Tanjung Benoa, tempat bertemunya dua budaya yang berbeda, dan pusat kegiatan keagamaan dan budaya bagi masyarakat Tionghoa di Pulau Dewata. Dengan melestarikan Caow Eng Bio, kita tidak hanya menjaga warisan budaya yang berharga, tetapi juga memperkaya keragaman budaya Indonesia. Mari kita jaga dan lestarikan klenteng tertua di Bali ini agar tetap menjadi sumber inspirasi dan kebanggaan bagi generasi mendatang.
Referensi:
FAQ
Caow Eng Bio adalah klenteng tertua di Bali yang terletak di Tanjung Benoa, Kuta Selatan. Klenteng ini merupakan tempat ibadah bagi umat Tridharma (Buddha, Konghucu, Taoisme) dan menjadi salah satu destinasi wisata budaya populer di Bali.
Tak hanya patung Dewi Laut, 108 Xiongdi Gong, dan Ma Zu saja, karena di Caow Eng Bio juga terdapat altar pemujaan bagi sejumlah dewa atau dewi lainnya seperti Dewa Naga, Cao Eng Kik Liek, dan Dewi Kwan Im (Guan Yin).
Caow Eng Bio dibangun pada tahun 1548 oleh para pelaut Hainan asal Desa Dong Chiao, Kabupaten Wenchang, Tiongkok. Menjadikannya klenteng tertua di Bali dan no 5 di Indonesia.
Caow Eng Bio memiliki beberapa keunikan, antara lain:
– Merupakan klenteng tertua di Bali.
– Memiliki arsitektur yang merupakan perpaduan gaya Bali dan Tionghoa.
– Merupakan satu-satunya klenteng di Indonesia yang memuja Dewi Shui Wei.
– Menyimpan sejarah panjang masyarakat Tionghoa di Bali.